Menikah & Berpisah

March 22, 2019

Buat saya menikah dan berpisah adalah dua kata yang jauuuuuuuuuuuuh sekali jaraknya. Apapun masalah yang datang harus dihadapi dan diselesaikan tapi tidak sampai berpisah. Buat saya ya.

Kalau mau jujur jujuran, saya udah lama banget gak ngomong I love you ke suami pun begitu dengan beliau. Bukan karena gak mau tapi karena gak terbiasa. Saya dengan appa tidak seperti saya dengan puisi yang saya ciptakan. Tidak romantis.

Tapi ternyata saya gak perlu itu, saya gak perlu beliau bilang I love you. Dengan membebaskan saya dengan diri saya dan memberikan otorisasi penuh atas apa yang mau saya lakukan, itu cukup.

Bohong sih kalau saya bilang gak pernah bertengkar tapi memang masalah yang biasa timbul hanya sekitar siapa gantian bikin susu atau saya mau makan indomie lebih dari sekali dalam seminggu. That’s it. Sisanya alhamdulillah sampai saat ini masih satu suara.

Dan saya sampai pada kata sepakat paling tinggi untuk komunikasi ketika mengetahui sebuah pernikahan akan berakhir karena komunikasinya bermasalah. Hey, kita gak bisa tau apa yang orang lain inginkan at least mereka bilang ke kita. Kita bukan cenayang. Kita perlu penjelasan. Kalian perlu bicara. Kita semua perlu bicara.

Mungkin canggung kalau bicara langsung, ya chat aja, email, mention, dm apapun banyak medianya kok. Jadi plis, sampaikan.

Sampaikan walau hanya satu ayat.

Maap.

Saya sama appa banyak bicara ketika masing masing sibuk bekerja, aneh ya padahal tinggal serumah tidur pelukan. Tapi itu yang bikin kami tetap terhubung satu sama lain dan itu gapapa. Saya bareng beliau 9 tahun dan itu waktu yang masih kurang banyak untuk kenal satu sama lain. Mungkin seumur hidup juga gak akan cukup. Karena apa? People change, right? Kalau bukan dia, mungkin saya yang berubah dan kita gak bisa catch up gap itu kalau gak sama sama bergerak.

Jadi kalau kalian belum dan baru mau menikah tolong kenali lebih dalam pasangan kalian. Bisa gak terima kurangnya? Masalah gak sih kalau dia ngorok atau lempar handuk basah ke kasur? Masalah gak sih kalau dia gak jujur soal berapa gajinya? Masalah gak kalau ibunya cerewet? Masalah gak kalau temen lawan jenisnya banyak? Masalah gak kalau berantem terus gak diselesaikan sampai lama? Masalah gak kalau ternyata salah satunya gak bisa punya anak?

Pernikahan itu rumit dan menikah bukan untuk semua orang, saya setuju.

Terus kalau udah terlanjur menikah tapi baru ketauan gak bisa terima kurangnya gimana? Bertahan atau berpisah? Kembalikan ke diri kalian masing masing. Kalau sama sama mau berjuang untuk bertahan go ahead, kalau cuma sebelah yang berjuang no you can’t. Berat. Kamu gak akan kuat. Biar Dilan aja.

Maap.

Sebuah hubungan yang sehat berisi orang orang bahagia. Kalau salah satunya tidak, sudah bisa dipastikan hubungannya bermasalah. Jangan memaksakan diri, kita gak bisa memperjuangkan hal yang gak mau diperjuangkan.

You can’t have everything you want and that’s okay.

People make mistake masalahnya cuma, kamu bisa terima itu atau gak. Sayangnya ketika menikah, berpisah tidak semudah putus ketika pacaran. Menikah itu bukan cuma kamu dan dia. Menikah itu juga untuk keluarga besar kalian. Ipar, om, tante dan semua ikatan yang terjalin di dalamnya. Menikah untuk bahagia, betul, tapi menikah juga urusan toleransi. Take it or leave it.

Saya percaya banget semua hal terjadi karena sebuah alasan. Jika kelihatannya buruk dan berat, susah diselesaikan, bikin gak bisa tidur dan makan. Percayalah semua tetap akan baik baik saja. Hang in there. Hidup tidak berhenti ketika masalah datang, hidup bergerak dan kalian juga.


Aku kasih link wajib baca buat yang belum dan mau menikah: 30+ Pertanyaan Sebelum Menikah

Juga pertimbangan ketika dihadapkan pilihan berpisah atau bertahan: 30 Pertanyaan Tentang Bercerai atau Bertahan


Semangat :)

You Might Also Like

0 komentar